Animasi, atau lebih akrab disebut dengan film animasi, adalah film yang merupakan
hasil dari pengolahan gambar tangan sehingga menjadi gambar yang bergerak. Pada
awal penemuannya, film animasi dibuat dari berlembar-lembar kertas gambar yang
kemudian di-”putar” sehingga muncul efek gambar bergerak. Dengan bantuan
komputer dan grafika komputer, pembuatan film animasi menjadi sangat mudah dan
cepat. Bahkan akhir-akhir ini lebih banyak bermunculan film animasi 3 dimensi
daripada film animasi 2 dimensi.
Gambar Animasi seekorkuda buatan
Edward Muybridge
Sedangkan Grafika komputer (Inggris: Computer
graphics) adalah bagian dari ilmu komputer yang berkaitan dengan pembuatan
dan manipulasi gambar (visual) secara digital. Bentuk sederhana dari grafika
komputer adalah grafika komputer 2D yang kemudian berkembang menjadi grafika
komputer 3D, pemrosesan citra (image processing), dan
pengenalan pola (pattern recognition). Grafika komputer sering
dikenal juga dengan istilah visualisasi data.
Gambar Hasil dari rendering
Bagian dari grafika komputer meliputi:
·
Geometri: mempelajari cara menggambarkan permukaan
bidang
·
Animasi: mempelajari cara menggambarkan dan
memanipulasi gerakan
·
Rendering: mempelajari algoritma untuk menampilkan
efek cahaya
·
Citra (Imaging): mempelajari cara pengambilan dan
penyuntingan gambar.
Proses Pembuatan Film Animasi
Pernah
menyaksikan film animasi keren? Sebut saja Final Fantasy atau Spririted Away.
Tapi pernah terbayang enggak bagaimana proses produksinya? Wih, penuh debat,
begadang, dan ditutup dengan “masuk rumah sakit”.
Bayangkan,
kita adalah salah satu orang yang bekerja dalam produksi sebuah film animasi.
Kita pergi ke bioskop terdekat untuk melihat hasil kerja keras itu. Setelah
layar bioskop ditutup, tanda film telah usai, kita sempat mendengar komentar
negatif dari salah satu penonton. Kebayang dong sebalnya. Begadang
bermalam-malam agar film tersebut bisa on-time muncul di depan penonton, serasa
terbuang sia-sia.
Coba deh
tengok meeting dari Miyazaki-san dan stafnya di studio Ghibli yang berdiskusi
hanya untuk satu adegan.
Di sebuah
ruangan penuh dengan buku, sekitar lima sampai enam orang berkumpul.
Miyazaki-san telah memanggil para supervising animator untuk rapat. “Jadi
ketika jatuh, dia akan berpegangan pada lemari seperti cecak, lalu waktu ia
jatuh-BAM! Seperti ular jatuh begitu!” Para animator hanya manggut-manggut.
Miyazaki menambah penjelasannya, “Masak belum ada yang pernah melihat ular
jatuh dari pohon,” tanyanya. “Yang pasti tidak di Tokyo, Pak,” celetuk satu
orang. Ruangan tersebut menjadi penuh tawa.
Membangun cerita
Rapat
tersebut hanyalah satu dari ratusan rapat dalam rangka mentransfer storyboard
ke animasi yang sesungguhnya. Kegiatan tersebut adalah kegiatan sehari-hari
bukan istimewa. Dalam proses film animasi ada tiga tahap, yaitu perencanaan,
realisasi, dan finishing touches.
Dalam proses
perencanaan, biasanya mulailah dibuat ide-ide cerita dan storyboard atau
e-konte. Ide cerita diekspresikan dalam bentuk sinopsis. Biasanya puluhan
hingga ratusan preproduction painting dihasilkan untuk mengeksplorasi
kemungkinan cerita. Preproduction painting adalah visualisasi awal cerita.
Preproduction painting di Amerika dilakukan satu tim berisi lima hingga sepuluh
orang. Dalam dunia anime Jepang terkadang preproduction painting dilakukan
beberapa orang.
Berbeda
dengan studio animasi di Amerika, di mana delapan sampai sepuluh orang diundang
menjadi storyboard artist, biasanya di Jepang hanya ada satu orang yang menjadi
storyboard artist. Ia biasanya selalu sinonim dengan sutradara. Biasanya pada
saat ini character designer mulai diberi tugas. Amat jarang ada film seperti
Lilo and Stitch di Amerika. Dalam film tersebut penulis naskah, storyboard
artist dan sutradaranya dirangkap dua orang, Chris Sandres dan Dean Deblois.
Cerita dalam
dunia animasi Amerika selalu berubah. Dikutip dari Head Storyboard Artist untuk
Mulan, Chris Sanders, “Tadinya kami berpikir untuk menjadikan Mulan komedi
romantik seperti Tootsie. Setelah berkali-kali kami coba, tidak ada yang sukses,
hingga saya akhirnya kesal sendiri. Pada akhirnya kami berusaha membuat
kepribadiannya seakurat mungkin dengan versi legenda Cinanya, yaitu menjadikan
Mulan sebagai anak perempuan yang berabdi karena cara lain tidak berhasil. Saya
lega atas perubahan tersebut.”
Beberapa
karakter setelah ceritanya diedit berulang kali akan dibuang. Contohnya, untuk
film Pocahontas, seharusnya ada kalkun bernama Red Feather tetapi ia tidak
signifikan sehingga tidak dipakai .Bila tidak ya diubah. “Saya disuruh
mendesain lima model ’Mulan’ untuk Mulan”, ujar Chen Yi Chang, sang character
designer dari film tersebut. “Hal tersebut tidak langsung jadi, melainkan
perlahan-lahan sesuai dengan perubahan cerita.”
Pentingnya “storyboard”
Biasanya di
Amerika dan Jepang ada sebuah sesi bernama story meeting di mana para
storyboard artist berkumpul dan membahas sebuah cerita. Dari rapat tersebut
akan diputuskan adegan yang paling sesuai. Tidak jarang ada perdebatan hebat di
situ.
Storyboard
umumnya masih dalam fase yang amat kasar. Tidak jarang dalam sebuah panel
storyboard, gambarnya dibuat agak asal-asalan. Storyboard untuk film animasi
umumnya terlihat seperti komik. Perbedaannya dengan komik, dalam storyboard
masih ada catatan-catatan kecil di sekitar gambar entah untuk diperbaiki atau
dipertimbangkan. Tidak jarang, terutama di dunia animasi Amerika, panel demi
panel storyboard sebuah film dibentangkan dari ujung satu gedung ke ujung yang
lain. Sampai 1984, studio Disney masih melakukan hal ini. Beberapa studio
animasi mengambil jalan yang lebih praktis, yaitu membukukan
storyboard-storyboard tersebut untuk pegangan tim produksi.
Untuk
mengetes efektivitas sebuah storyboard, biasanya diadakan screening Leica Reel.
Leica Reel merupakan kumpulan storyboard yang direkam dengan kamera. Yang bagus
terlihat di atas kertas, belum tentu bagus di layar bioskop. Itulah alasan
diadakannya Leica Reel.
Setelah
storyboard dirapatkan dan disepakati, maka proses layout dan animasi dimulai.
Layout adalah blueprint dari komposisi sebuah adegan. Ada dua jenis layout,
yaitu tonal dan linear. Layout tonal dibuat untuk mengatur daerah sinar dan
bayangan sebuah adegan. Sementara itu, layout linear dibuat untuk menggambarkan
detail sebuah adegan. Biasanya setelah layout tersebut diberi dan disetujui,
maka departemen background akan mengambil alih dan memproduksi versi
berwarnanya. Tidak jarang komputer banyak berperan dalam proses ini. Walaupun
masih diwarnai dengan tangan, Tom Cardone-anggota tim produksi film animasi
Hercules-mengakui komputer cukup berperan. “Kalau dulu, perbaikan sebuah
background bisa memakan waktu dua hari. Sekarang, 45 menit pun jadi.”